Minggu, 16 Januari 2011

Makalah Sejarah dan Kebudayaan Islam

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

Pengertian Sejarah Islam

            Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. Poerwadarminta mengatakan sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi.[1]
            Dari pengertian demikian, kita dapat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan sejarah islam, adalah peristiwa peristiwa atau kejadian-kejadian yang benar benar terjadi yang seluruhnya berkaitan dengan islam.
            Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sejarah islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan agama islam dalam berbagai aspek.[2]

Periodisasi Sejarah Islam

I.                   Masa Pembinaan Islam

1.      Sejarah Makkah Sebelum dan Setelah Hadirnya Nabi Muhammad
            Dalam Kota Makkah terdapat rumah suci yang disebut Baitullah atau Ka’bah. Bangsa Arab pada umumnya memuliakan tempat suci ini. Pembangunan Baitullah ini menurut sejarah Islam dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s. bersama putranya Ismail a.s. Kemudian seiring berjalannya waktu keturunan Nabi Ismail menetap di Kota Makkah ini. Keturunan Nabi Ismail bernama Banu Ismail, atau Adnaniyyun.
            Pada suatu ketika bendungan besar di Ma’rib di Arabia Selatan pecah dan menimbulkan malapetaka besar pada penduduknya, maka kabilah-kabilah Arab Selatan ini berbondong-bondong meninggalkan daerahnya menuju Kota Makkah. Hingga suatu ketika rombongan yang dipimpin Haris bin’Amir yang bergelar Khuza’ah berhasil menaklukan Kota Makkah dari penduduk asli Kota Makkah dan menjadi penguasa secara turun temurun.
            Bani Ismail secara berangsur angsur meninggalkan negeri ini dan bertebaran di pelosok pelosok jazirah Arab. Hanya yang tinggal di kota ini dari Bani Ismail ialah Suku Quraisy. Mereka tidak mempunyai kekuasaan sama sekali atas kota Makkah dan juga atas Ka’bah.
            Suatu ketika kira-kira Abad 5 M seorang pemimpin kabilah Quraisy yang bernama Qushai telah berhasil merebut kekuasaan dari kaum Khuza’ah, setelah berabad-abad lamanya menguasai kota Makkah.
            Kota Makkah berkembang dalam bidang pemerintahan dan keagamaan, dalam bidang pemerintahan, Qushai meletakkan dasar-dasar demokrasi. Pada masa masa selanjutnya, nampaklah pertumbuhan organisasinya yang sederhana. Memecahkan masalah-masalah sosial, dan dibangunnya balai permusyawaratan yang dinamakan Daarunnadwah. Dalam bidang keagamaan kabilah Quraisy Menjaga kesucian kota dan setiap tahun pada bulan bulan haji bangsa Arab dari segala penjuru, datang berkunjung ke Makkah sebagai suatu kewajiban agama. Qushai merupakan keturunan Nabi Ibrahim a.s. yang memegang teguh ajaran keturunannya (Nabi Ibrahim).

  1. Kelahiran Nabi Muhammad
            Setelah berpuluh-puluh abad lamannya, akhirnya Makkah berada di Zaman Kegelapan. Ini terjadi dikala umat manusia dalam kehilangan pegangan hidupnya, lahirlah di dunia dari keluarga yang sederhana, di Kota Makkah, seorang bayi yang kelak membawa sejarah peradaban besar bagi sejarah peradaban dunia. Bayi itu telah yatim disaat berusia kurang lebih 7 bulan sebelum ia lahir. Kehadiran bayi itu disambut oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Kemudian bayi itu dibawa ke kaki Ka’bah dan diberi nama Muhammad, nama yang belum pernah ada sebelumnya. Menurut penanggalan para ahli kelahiran Muhammad pada tanggal 12 Rabiulawal tahun Gajah tanggal 20 April 571 M.
            Nabi Muhammad lahir ketika terjadi penyerbuan Mekkah oleh orang nasrani dipimpin oleh Abrahah dengan mengendarai Gajah. Beliau hidup dan tumbuh dididik oleh pamanya setelah Ibu dan kakeknya meninggal. Nabi Muhammad dididik berdagang, mengembala, berkuda hingga teknik berperang.

b.      Muhammad menjadi Rasul
            Ketika menginjak usia 40 tahun, Nabi Muhammad banyak mengerjakan tahannuts (menyiapkan dirinya untuk mendapatkan pemusatan jiwa) di gua hira. Kemudian pada malam 17 Ramadhan datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu. Dan menyuruh Nabi Muhammad untuk membacanya. Pada awalnya Nabi Muhammad tidak bisa membacanya, hingga berulang kali Malaikat Jibril merangkulnya barulah turun wahyu pertama  QS Al Alaq 1-5.
            Begitu selanjutnya, Allah SWT menurunkan A-Quran untuk umat manusia, melalui perantara Malaikat Jibril, Al-Quran merupakan Mukzizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad, sekaligus membawa ajaran Islam yang merupakan sebuah peradaban yang sangat besar di dunia

c.       Tugas Nabi Muhammad
            ”hai orang yang berselimut, bangun dan berilah peringatan Besarkan nama Tuhanmu, bersihkan pakaianmu, jauhi perbuatan maksiat janganlah kamu mamberi kerana memperoleh yang lebih banyak. Hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu” (QS. Al-Muddatstsir ayat 1-7).
            Dengan turunnya wahyu ini maka jelaslah sudah apa yang harus beliau kerjakan dalam menyampaikan risalahnya. Yaitu mengajak umat manusia menyembah Allah Yang Maha Esa, tiada beranak, dan tiada pula diperanakkan seta tidak ada sekutu baginya. Inilah permulaan perintah menyiarkan agama Allah kepada seluruh umat manusia.

d.      Menyiarkan agama Islam secara sembunyi-sembunyi
            Setelah turunnya tugas Rasulullah, mulailah beliau secara sembunyi-sembunyi menyeru keluarganya yang tinggal dalam satu rumah dan sahabat-sahabat beliau yang terdekat, seorang demi seorang untuk meninggalkan berhala. Maka orang pertama kali masuk ajaran islam adalah istrinya Siti Khadijah, dan putra pamannya yang masih muda yaitu Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Harist.
            Setelah itu beliau mengajak sahabat dekatnya Abu Bakar Siddiq, kemudian melalui perantara Abu Bakar banyak orang-orang yang memeluk agama Islam yang diberi gelar As Saabiquunal awwalun          .

e.       Menyiarkan agama Islam secara terang terangan
            Turunnya QS. Al-Hijr ayat 94, memberi isyarat Rasul untuk dakwah secara terang-terangan. Maka mualailah Nabi Muhammad menyeru kaummya secara umum ditempat-tempat terbuka.
            Dengan seruan yang bersifat umum dan terang-terangan ini maka Nabi Muhammad dan ajaran barunya (Islam) yang dibawanya menjadi perhatian dan pembicaran ramai dikalangan masyarakat  kota Makkah.
            Ketika orang-orang Quraisy melihat gerakan Islam serta mendengar bahwa nenek moyang dan berhala-berhala mereka dibodoh-bodohkan. Timbullah kemarahan mereka dan mulailah mereka memancarkan permusuhan terhadap Rasul.
            Beberapa faktor bangsa Quraisy menolak ajaran islam:
1)      Orang Quraisy tidak ingin tunduk kepada Nabi Muhammad
2)      Orang Quraisy memandang diri mereka lebih tinggi dan lebih mulia dari bangsa Arab lainnya, jadi mereka menolak apabila Islam mengajarkan adanya persamaan hak dan derajat.
3)      Masih sangat memegang teguh kepercayaan nenek moyang, segala adat istiadat, kepercayaan-kepercayaan keagamaan dan dipegangi secara membabi buta.
            Rasulullah mengalami berbagai hambatan, permusuhan, serta berbagai kesulitan. Terutama pemboikotan Makkah. Disaat-saat menghadapi ujian yang maha berat dan tingkat perjuangan sudah pada puncaknya ini, gangguan, hinaan, aniaya serta siksaan yang dialami beliau dan pengikut-pengikut beliau, maka datanglah peristiwa Isra Miraj, yaitu perintah solat lima waktu.[3]




2.      Pembinaan di Madinah
            Berawal dari suku Yastrib yang hendak mengunjungi Ka’bah. Kemudian mereka berjumpa dengan Rasulullah yang sedang menyiarkan ajaran Islam di Makkah. Mereka telah mendengar sebelumnya dari Yahudi tentang agama ketuhanan dan tentang lahirnya seorang Nabi pada waktu yang dekat. Pada akhirnya mereka menganut ajaran Islam, dan memberi kabar ke negeriya tentang ajaran Islam.
            Suatu ketika segerombolan orang dari Yastrib datang menemui Rasulullah dan mereka ingin dibai’at menjadi muslim. Hingga suatu ketika mereka mengadakan perjanjian dengan Rasulullah. Rasul berjanji akan menganggap kaum yang masuk Islam serupa dengan keluarganya sendiri. Dan mereka berjanji akan membela Nabi Muhammad, walaupun harta dan jiwanya kandas.
            Karena hidup mereka berdekatan dengan orang Yahudi, maka sedikit banyaknya mengerti tentang ketuhanan, kenabian, wahyu dan hari akhirat, maka tidak mengherankan bahwa orang Arab Yastrib mudah menerima agama Islam. Sahabat Rasulullah menyarankan untuk hijrah ke Yastrib.
            Suatu malam nabi hendak dibunuh oleh kaum Quraisy, karena beliau dianggap mengancam kekuasaan kaum Quraisy. Ketika Rasul hendak dibunuh, Rasul berhasil meloloskan diri. Kemudian Rasulullah memutuskan untuk hijrah ke Yastrib.

a.       Nabi Muhammad Membina Masyarakat Islam
            Setelah beberapa hari perjalanan, Nabi Muhammad mendirikan sebuah Masjid di Quba, kemudian dikenal dengan Masjid Quba. Kemudian tempat yang semula bernama Yastrib diubah menjadi Madinatun Nabiy berarti kota nabi, selanjutnya disebut kota Madinah.
            Nabi Muhammad membina Masyarakat Islam melalui Akhlak mulianya yang sangat berwibawa. Rasul membangun masjid-masjid sebagai sarana peribadatan dan persatuan umat Islam, Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, guna menciptakan suasana tenteram dikota baru bagi Islam, nabi mengadakan perjanjian perdamaian dengan kaum Yahudi, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam.[4]
           

II.                Masa Pertumbuhan dan Perkembangan Islam

1.      Khulafa Al-Rasyidin
·         Abu Bakar (632-634 M)
Abu Bakar menjabat sebagai Khalifah selama 2 tahun. Pada masa khalifah Abu Bakar yang singkat banyak dipergunakan untuk menyelesaikan perang riddah, yang ditimbulkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada Madinah. Setelah selesai perang dalam negeri tersebut, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan-kekuatan keluar Arabia.

·         Umar Ibn Al-Khattab (634-644 M)
            Usaha dilanjutkan oleh Khalifah ke dua, Umar bin Khattab. Diantara Khulafa Al-Rasyidin, yang membangun peradaban Islam adalah Umar Bin Khatab. Karena kekuasaan Islam meluas hingga meliputi Jazirah Arab, Syria, Palestina, Irak Mesir dan sabagian wilayah Persia. Semua disatukan di bawah kekuasaan Islam dengan Ibukotanya Madinah. Selain itu Umar bin Khattab berijtihad, menetapkan hukum tentang masalah-masalah yang baru, misalnya mengenai ”harta rampasan perang”, memperbaharui organisasi negara, disusun organisasi negera yaitu terdiri dari kepala negara yang berlaku sistem bai’ah, mentri negara serta sekretaris negara (Zaid bin Tsabit), menyusun administrasi negera, mengembangkan ilmu, seperti ilmu tata bahasa, dikirimnya guru-guru yang terdiri dari sahabat ahli ilmu dan mempelajari kebudayaan dan adat istiadat Islam. Khalifah Umar tidak belangsung lama karena Umar terbunuh oleh orang yang sakit hati kepadanya.[5]




·         Usman Ibn Affan (644-656 M)
            Usman bin Affan memiliki watak yang lemah lembut, karena Usman tidak setegas Umar bin Khattab, kelemahan ini menjadi kesempatan oleh Bani Umayyah, untuk mengembalikan kedudukannya sebagai pemimpin kaum Quraisy pada masa silam. Dan Bani Umayyah didudukan menjadi pejabat penting. Peristiwa ini menimbulkan reaksi protes dan sikap oposisi yang datang dari bebagai daerah, gerakan ini berakhir dengan pembunuhan terhadap Khalifah Usman bin Affan.

·         Ali Ibn Abi Talib (656-661 M)
            Sebagai pengganti Usman, Ali bin Abi Thalib menjadi Khalifah yang ke empat, tetapi mendapat tantangan dari pihak pendukung Usman terutama Mu’awiyah, Gubernur Damaskus, golongan Talhah, Zubair di makkah dan kaum Khawarij. Pada masa Khalifah Ali terdapat perang antara Ali bin Abi Talib dengan istri Rasulullah, Aisyah r.a. yang disebabkan perebutan kekuasaan dan kekhalifahan yang seharusnya putra mahkota dari perkawinan Aisyah r.a dan Rasulullah.


2.      Dinasti Umayyah
Kemenangan Muawiyah bin Abi Sufyan, yang memproklamirkan bani Umayyah, sebagai pemimpin daulah Islamiyah. Muawiyah telah merubah sistem politik musyawarah dengan sistem monakhi. Sistem musyawarah masih terlalu maju sehingga ajaan Nabi hanya berjalan satu generasi. Generasi hasil didikan Nabi sendiri, sesudah itu umat Islam belum siap, walaupun demikian, Muawiyah termasuk orang yang berhasil memadukan sistem musyawarah dengan sistem monarkhi, sistem ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perang saudara. Sistem ini merupakan Kepala Negara digantikan oleh salah satu keluarga dan mencari yang terbaik (tidak mesti anak tertua), bisa paman/cucu. Dan yang memilih adalah keluarga.
            Khalifah-khalifah besar dari Dinasti Bani Umayyah adalah Mu’awiah Ibnu Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Al-Malik Ibnu Marwan (685-705 M), Al-Walid Ibnu Al-Malik (724-743 M). Pada zaman ini mengalami ekspansi, pulau-pulau yang jatuh ke tangan Islam adalah pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah, Majorca, Corsica, Sardinia, Crete, Rhodes, Cyprus dan sebagian dari Sicilia.
            Daerah yuang dikuasai Islam di zaman Dinasti ini adalah Spanyol, Afrika Utara, Suria, Palestina Semenanjung Arabia, Irak, sebagian dari Asia Kecil, Persia, Afghanistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Rukmenia, Uzbek dan kirgis (di Asia Tengah). Ekspansi yang dilakukan Dinasti Bani Umayyah inilah yang membuat Islam menjadi negara besar dizaman itu. Yaitu meliputi tiga benua: Eropa, sebagian besar Asia dan sebagian Afrika.
            Kekuasaan dan kejayaan dinasti ini mencapai puncaknya di zaman Al-Walid I. Sesudah itu kekuasaan mereka menurun sehingga akhirnya dipatahkan oleh Bani Abbas di tahun 750 M.
            Kebudayaan yang ada pada masa ini adalah pembangunan masjid yang megah, dipengaruhi kebudayaan Yunani, masjid Damaskus, menerjemahkan bahasa Yunani ke bahasa Arab, membuat rumah sakit, menulis hadits, bahasa Arab menjadi bahasa resmi.
            Terdapat pengaruh dari Ilmuan Kristen yang menyusun ilmu secara sistematis. Dan penyatupaduan Ilmu sejarah, Ilmu bahasa, Ilmu Agama dan Ilmu Filsafat.


III.             Masa Keemasan Islam

1.      Dinasti Abbasyah
            Dinasti Bani Abbas didirikan oleh Abu Al-Abbas (750-754 M), tetapi pembina sebenarnya adalah Al-Mansur (754-775 M).
            Masa Bani Abbas adalah masa pembentukkan dan perkembangan kebudayaan dan peradaban Islam. Di masa ini pulalah pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat. Di periode ini pula ilmu pengetahuan mulai berkembang dan ilmu yang bersangkutan dengan keagamaan dalam Islam disusun.
            Ringkasnya periode ini adalah periode peradaban Islam yang tertinggi dan yang mempunyai pengaruh pada tercapainya peradaban modern di Barat sekarang. Periode kemajuan Islam disebut Christopher Dawson, bersamaan masanya dengan abad kegelapan di Eropa.[6] Lebanon mengatakan ”(Orang Arablah) yang menyebabkan kita mempunyai peradaban, karena mereka adalah imam kita selama enam abad”.[7]

a.       Perkembangan Ilmu pada Masa Abbasyiah
Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulah Islamiyah dimana Dunia Islam, mulai dari Cordon di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang  ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Dunia Islam pada masa itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sebaliknya dunia Barat masih dalam keadaan gelap, bodoh dan primitif. Dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan dan observasi, sementara dunia Barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Rasulullah menimbulkan dorongan untuk menumbuhkan kebudayaan Islam, dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan, dalam bidang agama (Naqli), bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang, kemudian ketika umat islam keluar dari Jazirah Arab mereka menemukan perbendaharaan Yunani yang menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (ilmu aqli).
            Peristiwa luar biasa umat Islam pada masa daulah Amawiyah yang dapat menaklukan wilayah-wilayah kerajaan Romawi dan Persia, segera disusul dengan prestasi yang lebih hebat lagi dalam penaklukan bidang ilmu pada abad berikutnya. Penelaahan ilmu yang dimulai pada masa Bani Umayyah menjadi usaha besar-besaran pada masa Bani Abbas.
            Kondisi pada masa Bani Abbas telah memungkinkan, mengingat bahasa Arab telah mencapai taraf kesempurnaan. Huruf Arab, tanda baca, harakat, perbendaharaan kata telah lengkap. Tata bahasanya telah mantap. Industri kertas, sebagaimana yang dibuat oleh Cina, telah dapat diusahakan pada masa Harun al-Rasyid.[8]
            Gerakan membangun ilmu secara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Jafar al-Mansyur.[9] Setelah ia mendirkan Kota Baghdad dan menjadikannya sebagai Ibukota negara. Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daerah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsang usaha pembukuan ilmu agama, seperti fiqh, tafsir, tauhid, hadits, atau ilmu lain seperti ilmu bahasa dan sejarah. Akan tetapi yang mendapat perhatian adalah penterjemahan buku ilmu yang berasal dari luar.
Dinamakan zaman keemasan, oleh karena masa itu adalah masa begitu memuncaknya kebudayaan Islam disegala bidang ilmu aqli. Memuncaknya kebudayaan Islam terlihat pada lahirnya ilmuwan yang mampu menciptakan ilmu dengan kemampuan diri sendiri, bahkan sering membantah dan membatalkan teori ilmu Yunani. Sebelumnya hal ini tak pernah terjadi. Masa umat Islam menterjemahkan dan meneliti secara teliti kemudian berusaha untuk mempraktekannya.

2.      Masa Tiga Kerajaan Besar
                     Fase ini merupakan kemajuan Islam II. Tiga kerajaan besar yang dimaksud ialah Kerajaan Usmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia, Kerajaan Mughal di India. Masing-masing dari ketiga Kerajaan besar ini mempunyai masa kejayaan sendiri.

  1. Kerajaan Usmani
Daulah ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat lain menghindari bangsa Mongol, akhirnya sampai di Asia kecil di bawah pimpinan Usman, dan mendirikan daulah baru pada tahun 1300 M. Usman ini pendiri daulah Usmaniah Turki yang didirikan di atas puing-puing kesultanan Saljuk.
Meskipun Usmaniah berdiri lebih lama dari pada Abbasiyah, tetapi umat Islam tidaklah begitu mudah menggelarkan ”Khalifah” seperti yang lazim dilakukan sebelumnya. Mereka hanya dipanggil ”sultan”. Perbedaan itu terletak pada dasar kekuasaan yang dipakai oleh masing-masing. Dulu dinamakan Khalifah karena dasarnya adalah prinsip Islam yang meliputi dunia dan akhirat, negara dan agama, hukum Islam ditonjolkan dalam segala persoalan. Tetapi di zaman Usmaniyah dasarnya lebih mementingkan duniawi sedang soal akhirat kurang ditonjolkan, hanya politik negara belaka sedang soal agama tidak diutamakan.
Bidang militernya sangat maju. Dalam peperangan mereka diakui sebagai bangsa yang kuat, berani dan tabah. Keadaan masa Usmaniyah saat itu merupakan masa suram bagi kebudayaan Islam. Perhatiannya yang ditujukan kepada masalah politik yang sering mendatangkan musuh-musuh, maka keadaannya menjadi kacau. Sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan kebudayaan dan berlanjut kepada pertumbuhan ilmu pengetahuan. Akibatnya, hampir tidak pernah lahir ulama ataupun ilmuwan pada zaman suram ini.
Namun dalam bidang seni, syair dan arsitektur daulah Usmaniyah mempunyai jasa yang tidak kecil. Atas pengaruh bapak penyair muslim Muhammad Ibn Husin al-Khotbi al-Bakri atau yang biasa disebut Jalaluddin Rumi, seni bersyair berkembang di Dunia Islam, khususnya di Turki. Dalam bidang arsitektur, daulah Usmaniyah mempunyai madzhab tersendiri yang disebut gaya/style Usmaniyah.

  1. Kerajaan Safawi
Daulah ini berasal dari sebuah gerakan tasawuf yang dipimpin oleh Syekh Shofiddin yang berasal dari tanah Arab Selatan yang kemudian pindah ke Ardabil di Azerbayen. Beliau masih keturunan imam Syi’ah yang keenam, Musa Al-Kazim.  Gerakan tasawuf berubah menjadi satu kerajaan duniawi  pada masa Ismail ibn Haidar. Pada waktu usianya baru menginjak 15 tahun, ia memproklamirkan dirinya sebagai raja besar Iran dan pembela madzhab Syi’ah. Sejak itu Syi’ah dijadikan madzhab resmi negeri Iran.
Sultan terbesar pada daulah ini adalah Abbas yang Agung, naik tahta dalam usia 17 tahun dan memerintah dari tahun 1558-1620 M. Dengan angkatan perangnya Abbas Agung mencapai kebesarannya. Daerahnya meluas sampai ke Tibriz, Syrwan, Irak dan negeri lembah Kaukasus di sebelah Barat, serta sampai ke Balakh dan Merv di sebelah Timur. Pada zamannya berkembang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Di antara ilmuwan yang terkenal ialah Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad, seorang ahli filsafat dan ilmu pasti. Sultan sendiri ikut aktif dalam penyelidikan ilmu ini. Tidak ketinggalan mengembangkan pula ilmu pengetahuan agama terutama ilmu fiqh karena menurut anggapan kaum Syi’ah pintu ijtihad tidak pernah tertutup, mujtahid tidak pernah terputus selamanya. Namun sepeninggal sultan ini daulah Shafawiyah mengalami kemunduran terus menerus.

  1. Kerajaan Mughal
Daulah ini didirikan oleh salah seorang keturunan bangsa Mongol yang pernah menghancurkan Baghdad: Hulago. Kekuasaannya meliputi daerah India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir. Agama penduduknya adalah Hindu yang merupakan budaya dan kebangsaannya juga. Kerajaan ini berjalan selama 330 tahun (1527-1857).
Salah satu sultannya yaitu Sultan Akbar membentuk suatu bahasa yang dipergunakan untuk mempersatukan seluruh bangsa yang ada di bawah kekuasaannya, bahasa Urdu, yang tetap dipakai sampai sekarang di Pakistan. Sultan berhasil memajukan kerajaan Mughal India dengan cara mendamaikan golongan Islam dan golongan Hindu, meredakan perselisihan yang tiada hentinya, memakmurkan rakyat dengan menghilangkan segala pajak, juga meluaskan perekonomian dalam segala cabangnya serta memeperbesar perdagangan dengan luar negeri.
Dibelakangnya muncul Sultan Syekh Jehan yang membangun Taj Mahal untuk makam permaisuri yang sangat dicintainya. Bangunan itu menjadi kekaguman dunia sampai sekarang, termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia.
Putra Syekh Jehan, Aurangzeb, terkenal kuat keagamaannya, menganut aliran  ahli sunnah. Jasa yang tidak dapat dilupakan dari hasil karyanya ialah membukukan hukum Islam mengenai soal muamalat. Usaha kodifikasi ini dinamakan ”Ahkam Alamgiriyah” menurut gelaran yang dipakainya.[10]
Namun pada permulaan abad XVIII M kerajaan Mughal India mulai memasuki zaman kemunduran. Hal ini disebabkan adanya perebutan kekuasaan antara putra-putra raja.
Di zaman ini juga berkembang ilmu medis. Dokter-dokter pengarang besar abad XVII masa Mughal India: Dara Shukuh yang mengarang Kedokteran Dara Shukuh, yang merupan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Ia juga dikenal sebagai seorang sufi pengikut Vedanta. Ilmu medis Islam terus berkembang di India sepanjang abad 12 H/18 M seperti skala kedokteran yang dibuat oleh Muhammad Akbar Syah Arzani dari Shiraz. Dengan kehadirannya ilmu medis India/Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis (memakai pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.

IV.             Masa Kemunduran

1.      Jatuhnya Bani Umayyah
            Sebab-sebab jatuhnya Dinasti Bani Umayyah:
a.       Dinasti Bani Umayyah senantiasa mendapat perlawanan dari kaum Khawarij.
b.      Abdullah, anak Zubair, melakukan perlawan untuk merebut Khalifah ke tangan pihak mereka.
c.       Adanya tantangan keras dari golongan Syi’ah. Pemberontakan-pemberontakan pun terjadi dan yang termasyhur adalah pemberontakan Mukhtar di Khufah (685-687 M).
d.      Pertentangan tradisional antara suku Arab Utara dan suku Arab Selatan yang mengacu pada ketenteraman pemerintahan Bani Umayyah.
e.       Adanya persaingan di kalangan anggota-anggota Dinasti Bani Umayyah.
f.       Ketidak sanggupan anak-anak Khalifah untuk memikul beban pemerintahan negara yang demikian besar.
g.      Munculnya Bani Hasyim sebagai saingan, yang dipelopori oleh Abu Al-Abbas.

2.      Masa Disintegrasi 1000 – 1500 M
Pada masa ini terjadi perpecahan yang dimana daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan memisahkan diri dari kekuasaan Khalifah dan membentuk dinasti-dinasti kecil. Hal ini terjadi setelah Khalifah-khalifah hanya dijadikan boneka dalam tangan tentara pengawal juga karena adanya pengaruh dari luar umat Islam.
 Dalam periode ini pulalah terjadi Perang Salib di Palestina. Perang Salib pertama terjadi antara tahun 1096 M dan 1099 M, Perang Salib kedua antara tahun 1147 M dan 1149 M yang diikuti lagi oleh beberapa Perang Salib lainnya. Disintegrasi dalam lapangan politik membawa pada disintegrasi dalam lapangan kebudayaan, bahkan juga dalam lapangan agama.
Penyebaran Islam sampai ke daerah pedalaman di Timur dan Afrika melalui gurun Sahara Di Selatan. Kemudian meluas lagi hingga ke daerah Asia Kecil, India, Maroko, dan Ghana.
            Di zaman ini desentralisasi dan disintergasi dalam dunia islam meningkat. Di zaman ini pula hancurnya Khalifah secara formal. Hal ini berlaku sampai Kerajaan Usmani mengangkat khalifah yang baru di Istambul di abad ke 16.
            Dunia Islam terbagi kedalam 2 bagian, bagian Arab dan bagian Persia. Kebudayaan Persia meningkat di dunia Islam dan mulai mendesak lapangan kebudayaan Arab.

3.      Fase Kemunduran Tiga Kerajaan Besar
            Sesudah Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani tidak lagi mempunyai sultan-sultan yang kenamaan. Kerajaan ini mulai memasuki fase kemundurannya di abad XVII M. Kerajaan Usmani mengalami penyempitan wilayah dan lenyap. Sebagai gantinya timbul Republik Turki di tahu 1924 M.
                        Di Persia, Kerajaan Safawi mendapat serangan dari Raja Afghan yang berlainan dengan Syah-syah Safawi, menganut paham Sunni.
                        Di India, terjadi pemberontakan–pemberontakan dari pihak golongan Hindu yang merupakan mayoritas penduduk India. Daerah-daerah yang jauh dari Delhi melepaskan diri dari kekuasaan Mughal satu demi satu.
                        Di masa ini kekuatan militer dan politik umat Islam menurun, begitu pun dengan perdagangan dan perekonomiannya. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis yaitu sikap tidak peduli. Meskipun keadaan Islam sedang buruk mereka tidak mencoba untuk memperbaikinya dan hanya membiarkannya begitu saja. Sehingga membuat dunia Islam dalam keadaan mundur dan statis.
                        Pada tahun 1798 M, Napoleon menduduki Mesir sebagai salah satu pusat Islam yang terpenting. Jatuhnya pusat Islam ke tangan Barat, menginsafkan dunia Islam akan kelemahannya dan menyadarkan Umat Islam bahwa di Barat telah timbul peradaban yang lebih tinggi dari peradaban Islam, dan merupakan ancaman bagi hidup Islam.



V.                Masa Pembaharuan Islam

1.      Periode Modern
            Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Ekspedisi Napoleon di Mesir yang berakhir di tahun 1801 M, membuka mata dunia Islam terutama Turki dan Mesir, akan kemunduran dan kelemahan Umat Islam disamping kemajuan dan kekuatan Barat. Kontak Islam dengan Barat sekarang berlainan sekali dengan Periode Klasik.
            Dengan demikian timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi dalam Islam. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya membuat umat Islam maju kembali seperti pada Periode Klasik.


[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), cet. XII, hlm. 887.
[2] Abuddin Nata, M.A., Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 363.
[3] Al Quran dan terjemahannya 1971, hal 49-59
[4] Al Quran dan terjemahannya 1971, hal 62-66
[5] Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam(Jakarta Timur:Kencana 2003), hal 23-31
[6]The Making of Europe,Meridian Books, 1962, hlm. 151-2.
[7] Hadarat Al-Arab, hlm.579.
[8] Jurji Zaidan, Tarikh Tamaddan al-islamy(Kairo:Darul Hilal,1957),JilidIII, H. 57
[9] Ali Mustafa al Gurabi, Tarikh al Firaq al-Islamiyah(Kairo:Mathba’ah Ali Shahih, 1959),h.137
[10] Amir Syahid Arselan, Hadhir ul Ala mil Islamy, (Kairo: 1352 H) Juz IV, h. 295-296

Tidak ada komentar:

Posting Komentar